Kamis, 07 Oktober 2010

kehidupan ku di kota Santri

Sejak pertama kalinya saya melihat di koran bahwa ada halaman khusus untuk para blogger saya langsung tertaraik untuk mengirim sebuah cerpen,tapi hal itu sangat sulit sekali saya laksanakan,harus ada beberapa waktu luang bagi saya.ternyata hari ini saya bisa melakukan impian itu.
Mungkin ini pertama kalinya saya menulis cerpen ,padahal saya tidak tapi bisa membuatnya tapi karena semangat saya tinggi saya yakin bisa."saya seorang santri"itulah perkataan yang sangat membanggakan saya, "santri itu hanya bisa membaca kitab saja"ah itu suadah pahit di telinga kami."santri juara 2 dalam nilai UAN tertinggi"itu adalah perkataan yang sangat luar biasa."santri bisa membuat cerpen"... "santri bisa main Internet"ah itu memang sudah biasa,karena kami melihat situasi dan kondisi pada zaman moderen ini, apalagi teknologi zaman sekarang suadah semakin banyak perubahan-perubahan.dan banyak lagi ucapan-ucapan yang disandarkan kepada kami.begitulah santri.
Sejak pertama kalinya ku menginjak di Penjara Suci ini ku merasa banyak perubahan yang sangat dramatis pada diriku."Siang bertongkat pulpen malam bercermin kitab" itulah kata mutiara yang mengunggah kehidupan kami disini.
Saat ini ku masih menimba ilmu di Pondok Pesantren Al-Falah putra Banjar baru Kal-Sel,PonPes ini dibangun oleh Almarhum Mu'allim kami yang bernama KH.Muhammad Tsani bin Juhri.Beliau adalah orang yang sangat sopan dan sangat santun kepada semua orang,khususan di banjar baru Kal-Sel.Sekarang ini yang menggantikan kedudukan beliau adalah Murabbi kami beliau bernama Almukarram Al-Ustadz Nursyahid Ramli Lc.
Sampai sekarang ini ku masih melewati jenjang Pendidikan yang Ke-4 yaitu kelas 3 Tsanawiyah.Disini ada 7 jenjang Pendidikan yaitu,untuk tingkat pemula disebut Tingkat Tajhizi ,tingkat selanjutnya adalah kelas 1 Tsanawiyah ,Tinggkat ke-3 adalah 2 Tsanawiyah ,untuk Tingkat ke-4 adalah kelas 3 Tsanawiyah, dan setrusnya,sampai menduduki tinggkat terakhir yaitu tingkat 3 Aliyah.
kelas 3 Tsanawiyah adalah masa-masanya perubahan terjadi pada setiap santri kelas 3 Tsanawiyah.Ku menduduki di kelas 3 Tsanawiyah D yang menjadi wali kelas kami adalah,Al-Ustadz Ahmad kusasi,beliau adalah orang yang sangat berjasa kepada kami.Banyak guru-guru kami yang memfatwakan(memberi nasehat-nasehat) kepada kami agar kedepannya kami menjadi orang yang lebih baik.Perkataan yang selalu saya inahgat adlah "Kemanapun arah tujuanya yang menentukan jalan itu sendiri adalah kamu"Perkataan itu terlantun dari mulut Al-Ustadz Ahmad kusaasi.
3 Tsanawiyah ,itulah puncak yang harus kami lewati bersama. Banyak teman-teman kami yang tidak tahan atau berhenti dari Pondok,karena berbagai masalah-masalah yang menghampirinya.Ada yang berhenti karena ini,ada yang berhenti karene itu, begitulah kalau hidup di penjara suci banyak cobaan dan banyak rintangannya , tapi mudah-mudahan yang maha esa membalasnya di hari kelak.amin..
Walaupun kami bertempat di tempat tinggal yang amat sederhana sekali,kami bisa berteman dengan Sikon disini . Makanan sehari-harinya pun juga amat sederhana seperti ikan laut,telur,sayur-mayur,tempe ,tapi selain itu ada juga makanan yang istimewa yaitu ayam masak merah dan sop ayam.Dan juga tidak luput dari yang dinamakanm ikan kering.Ada ikan kering sapat,dll.Ada juga yang bernama ikan kering naga haha itu cuma kunyahan(geleran) saja.Ah..semua itu suadah biasa bagi kami. Selain dari kegiatan-kegiatan diatas,saya juga maerasa dapat banyak pengalaman-pengalaman dari teman-teman saya karena,teman-teman saya banyak berasal dari kota yang jauh dari Banjar baru seperti Samarinda,Pangkalan bun,Rantau dan bayak lagi.Terutanma yang menulis cerpen ini,saya berasal dari sebuah kota cantik yaitu Kota Palangkaraya.Walaupun saya jauh dari kedua orang tua,saya tidak mengeluh syahdu,karena disini ada pengganti kerinduan itu yaitu teman-teamn saya yang sangat bersifat humoris.
Kami disini selalu ada kebersamaan,makan bersama, belajar bersama dll. Karna nabi bersabda:"makanlah kalian dengan cara bersama-sama atau berjamaah karna disana terdapat suatu berkah" hadis itu terbukti nyata sekali. kami mersakan berkah itu.
Hidup kadang senang kadang haru,itulah sudah suratan takdir yang sudah di tulis d sidratul muntaha oleh sang maha esa.Begitu pula kahidupan kamai disini.Tapi semua kehidupan itu kami lalui bersama dengan ketabahan dan keikhlasan."have a nice dream"

Minggu, 12 September 2010

"Suatu Pertimbangan"

Dia,dia memeng susah diberi suatu keelokan dalam kehidupanku.Dia selalu datang untuk menimpa suatu keramaian,apalagi disaatku merilexsasikan diriku.Ia menjadi musuh beratku.Kalanya aku menang ,ada juga kaanya ku diperbudaknya.Hal yang tak semudah itu kubayangkan.Tapi kenapa ku terus menjadi sesuruhannya yang takan diberinya suatu apapun,melainkan susah yang selalu menderat hidupku??!. Kapankah aku menang melawannya?kenapa aku ini?kenapa aku begini?,pertanyaan-pertanyaan yang selalu tertanam dalam pikiranku itu, seolah tak ada manisnya d kehidupan ku... Kapan aku meraih kehidupan itu?...

Sabtu, 14 Agustus 2010

Suatu pengalaman

Hari yang sama ku temui kembali.Hari itu adalah hari buka puasa bersama perkumpulan Palangkaraya yang bertempat di jalan turi.Tidak habis pikir aku tidak jadi ikut acara tersebut.Magrib sekitar jam 16.30 aku sibuk merencanakan"aku menghadiri undangan itu".Magrib itu aku sibuk menelepon-nelepon teman-temanku untuk pergi bersama,berpuluh-puluh sms sudah ku hantarkan kepada mereka.Tiadak lama kemudian aku menelepon Irhami "k ke rumah kam","anu ku sudah disana","o..ya".Perasaan bingung menimpaku.Tidak lama sebuh panggilan telepon datang kepadaku"aku d jalan turi dah kam tahuai jl.turi lo",lalu dengan perasaan aneh ku menjawab"tahuai".padahal aku benar-benar tdk tahu jalan tersebut.tidak lama kemudian berangkatlah aku dengan sepeda motorku yang berwarna merah.Tidak tahu kemana arah tujuanku ,dipikiranku hanya "yang penting sampai",padahal aku tidaktapi tahu jl.turi.berhenti,sms,berhenti,sms,berhenti,sms.Pekerjaan itu kulakukan berulang kali.Sampai ku menemukan simpang 4 belok kiri ada bak sampah yang itu adalah tembusan jl.turi yang di beri tahu Irhami.sms berhenti,perkerjaan itu tidak ada henti-hentinya.seadangkan bensin motorku keritis terpaksa uku harus mengisinya ,untung aku membawa uwang sekitar 7000 sedangkan harga bensin mencapai 5000 se liternya.sudalah.sms,berhenti,jalan,perkerjaan itu lagi yg k kerjakan.sampai sekitar jam17.30 akupun me sms irhami "mi,k kd jdi ksna"dan bermacam-macam kata ku timpakan kepada Irhami.tak lama kemudian buka puasa pun tiba.tidak panjang lebar aku pun lansung pergi ke rumah.tetapi hal itu ku anggap semuanya hnya hal yang biasa.dan ini adalah suatu pengalaman bagi ku....

Jumat, 13 Agustus 2010

Ramadhan......

Di bulan yang penuh berkah dan magpiroh ini aku sibuk dengan aktifitas-aktifitasku yang padat.Disuruh ini,disuruh itu,sampai tak sempat lagi ku menjelajahi dunia luar.Apalagi nenek dan kakekku sakit,jadi aku harus membantu keduanya.Untung ada kaka sepupuku yang bernama Marzuki,ia sekolah di pesantren pemangkih(ibnul amin) juga ia juga liburan bulan Ramadhan seperti saya,sehingga urusan saya saya berikan kepadanya.Kebosanan hidupku di rumah membuatku ingin merasakan kehidupan di luar kata orang hidup diluar itu bebas menurutku hidup diuar itu cuma hanya maencari sensasi yang baru.sebab itulah ku berfikir "sebaiknya ku ke rumah teman saja,dari pada disini terus,yah sekedar mencaru anggin lah..".lalu ku tujulah sepeda motorku yang berwarna merah yang terletak di muka pintu rumah ku itu... "wadah Irhami ja kayo" kata itu terbayang di pikiranku.lalu ku telpon Irhami"MI,kam di Mana?" langsung ia menjawab dengan seketika "aku dirumah handak baelang ayo ja" kata-kata itu semkin membuatku terjun ke dunia luar.lalu ku datangilah rumah Irhami.ternyata tidak lama kmudain munculah ibunya "na,nor kaya ini pank kami nah" terkejutlah aku.berbincanglah kami bertiga di sofo yang empuk berwarna hijau agak kehitam-hitaman.,.......setelah itu kutujulah warnet yang terletak d muka rumah Irhami....Tidak lama kemudian ......Tiba lah buka puasa...Seraya ku berfikir "kemana lagi yo".cerita ini adalah sewaktu pawai menyambut 17 agustu (gerak jalan).banyak lagi kesah-kesah d bulan ini yang tidak bisa ku tulis dalam kertas ini.

Jumat, 02 Juli 2010

Bingung

Hari ini suatu kebingungan menimpaku.hari ini hari yang aneh menurutku ,bingung itulah yang tersimpan di pikiranku .Masalah ini membuatku terpana dengan ke bingungan dunia luar ,apalagi teman yang membawaku kepada ....... Pagi itu adalah hari pembagian raport kelulusan kelas disertai dengan pengumuman santri yang berhak mendapatkan rengking.Kelas 2d perinkat ke-3 atas nama Muhammad Noor binH.A.Parkan,terkejutlah aku,tiadak ku sangka aku renking (dlm hati)majulah aku ke muka dengan senyum gembira.Tidak lama kemudian dimulailah pendaftaran ulanng pompes Al-falah putra bjb menunggu-nunggu namaku disebut untuk bayar tersebut.Tidak lama kemudain selesailah pendaftaran ulang bagi kreles 2 Tsanawiyah.Sepulang diasrama akupun langsung diajak mtemanku yang bernama fathur "ya,nor keluaran yo" kata dia.Lalulah bingung manimpaku.Banyak kata-kata itu yang keluar dari mulut-mulut teman temanku.aaaaaaaakh.......akhirnya kelaurlah aku manumpang dengan alfiandy (keluarganya)aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa.........Begitulah

Jumat, 25 Juni 2010

libur ulangan semester II

Libur ini membuatkarena ku harus bisa menggunakan waktuku dengan sebaik-baiknya.semenjak aku menginjak pintu mobil travel yang akan ku naiki untuk pergi menuju rumeh tempat tinngalku , sejenak ku berfikir "apa yang akan ku kerjakan di rumah" sementara itu banyak rumus-rumus yang akan ku hapali dan kupahami dengan cermat dan sangat teliti.libur yang berjangka waktu seminngu lebih tiga hari ini memebuatku terpaku terhadap sesuatu yang memebelut pikiranku.Apalagi nenekku sakit terkena penyaki Osteoporosis (suatu penyakit pengoroposan tulang yang kebanyakannya terdapat pada perempuan yang suadah tua),jadi aku harus menuju ke jakarta untuk menjenguk nenekku...

Senin, 31 Mei 2010

sejarah perkembangan kaliggrafi di indonesia

Bangsa Arab diakui sebagai bangsa yang sangat ahli dalam bidang sastra, dengan sederet nama-nama sastrawan beken pada masanya, namun dalam hal tradisi tulis-menulis (baca: khat) masih tertinggal jauh bila dibandingkan beberapa bangsa di belahan dunia lainnya yang telah mencapai tingkat kualitas tulisan yang sangat prestisius. Sebut saja misalnya bangsa Mesir dengan tulisan Hierogliph, bangsa India dengan Devanagari, bangsa Jepang dengan aksara Kaminomoji, bangsa Indian dengan Azteka, bangsa Assiria dengan Fonogram/Tulisan Paku, dan pelbagai negeri lain sudah terlebih dahulu memiliki jenis huruf/aksara. Keadaan ini dapat dipahami mengingat Bangsa Arab adalah bangsa yang hidupnya nomaden (berpindah-pindah) yang tidak mementingkan keberadaan sebuah tulisan, sehingga tradisi lisan (komuniksai dari mulut kemulut) lebih mereka sukai, bahkan beberapa diantara mereka tampak anti huruf. Tulisan baru dikenal pemakaiannya pada masa menjelang kedatangan Islam dengan ditandai pemajangan al-Mu’alaqat (syair-syair masterpiece yang ditempel di dinding Ka’bah).

Pembentukan huruf abjad Arab sehingga menjadi dikenal pada masa-masa awal Islam memakan waktu berabad-abad. Inskripsi Arab Utara bertarikh 250 M, 328 M dan 512 M menunjukkan kenyataan tersebut. Dari inskripsi-inskripsi yang ada, dapat ditelusuri bahwa huruf Arab berasal dari huruf Nabati yaitu huruf orang-orang Arab Utara yang masih dalam rumpun Smith yang terutama hanya menampilkan huruf-huruf mati. Dari masyarakat Arab Utara yang mendiami Hirah dan Anbar tulisan tersebut berkembang pemakaiannya ke wilayah-wilayah selatan Jazirah Arab.

Perkembangan Kaligrafi Periode Bani Umayyah (661-750 M)

Beberapa ragam kaligrafi awalnya dikembangkan berdasarkan nama kota tempat dikembangkannya tulisan. Dari berbagai karakter tulisan hanya ada tiga gaya utama yang berhubungan dengan tulisan yang dikenal di Makkah dan Madinah yaitu Mudawwar (bundar), Mutsallats (segitiga), dan Ti’im (kembar yang tersusun dari segitiga dan bundar). Dari tiga inipun hanya dua yang diutamakan yaitu gaya kursif dan mudah ditulis yang disebut gaya Muqawwar berciri lembut, lentur dan gaya Mabsut berciri kaku dan terdiri goresan-goresan tebal (rectilinear). Dua gaya inipun menyebabkan timbulnya pembentukan sejumlah gaya lain lagi diantaranya Mail (miring), Masyq (membesar) dan Naskh (inskriptif). Gaya Masyq dan Naskh terus berkembang, sedangkan Mail lambat laun ditinggalkan karena kalah oleh perkembangan Kufi. Perkembangan Kufi pun melahirkan beberapa variasi baik pada garis vertikal maupun horizontalnya, baik menyangkut huruf-huruf maupun hiasan ornamennya. Muncullah gaya Kufi Murabba’ (lurus-lurus), Muwarraq (berdekorasi daun), Mudhaffar (dianyam), Mutarabith Mu’aqqad (terlilit berkaitan) dan lainnya. Demikian pula gaya kursif mengalami perkembangan luar biasa bahkan mengalahkan gaya Kufi, baik dalam hal keragaman gaya baru maupun penggunannya, dalam hal ini penyalinan al-Qur’an, kitab-kitab agama, surat-menyurat dan lainnya.

Diantara kaligrafer Bani Umayyah yang termasyhur mengembangkan tulisan kursif adalah Qutbah al-Muharrir. Ia menemukan empat tulisan yaitu Thumar, Jalil, Nisf, dan Tsuluts. Keempat tulisan ini saling melengkapi antara satu gaya dengan gaya lain sehingga menjadi lebih sempurna. Tulisan Thumar yang berciri tegak lurus ditulis dengan pena besar pada tumar-tumar (lembaran penuh, gulungan kulit atau kertas) yang tidak terpotong. Tulisan ini digunakan untuk komunikasi tertulis para khalifah kepada amir-amir dan penulisan dokumen resmi istana. Sedangkan tulisan Jalil yang berciri miring digunakan oleh masyarakat luas.

Sejarah perkembangan periode ini tidak begitu banyak terungkap oleh karena khilafah pelanjutnya yaitu Bani Abbasiyah telah menghancurkan sebagian besar peninggalan-peninggalannya demi kepentingan politis. Hanya ada beberapa contoh tulisan yang tersisa seperti prasasti pembangunan Dam yang dibangun Mu’awiyah, tulisan di Qubbah Ash-Shakhrah, inskripsi tulisan Kufi pada sebuah kolam yang dibangun Khalifah Hisyam dan lain-lain.

Perkembangan Kaligrafi Periode Bani Abbasiyah (750-1258 M)

Gaya dan teknik menulis kaligrafi semakin berkembang terlebih pada periode ini semakin banyak kaligrafer yang lahir, diantaranya Ad-Dahhak ibn ‘Ajlan yang hidup pada masa Khalifah Abu Abbas As-Shaffah (750-754 M), dan Ishaq ibn Muhammad pada masa Khalifah al-Manshur (754-775 M) dan al-Mahdi (775-786 M). Ishaq memberi kontribusi yang besar bagi pengembangan tulisan Tsuluts dan Tsulutsain dan mempopulerkan pemakaiannya. Kemudian kaligrafer lain yaitu Abu Yusuf as-Sijzi yang belajar Jalil kepada Ishaq. Yusuf berhasil menciptakan huruf yang lebih halus dari sebelumnya.

Adapun kaligrafer periode Bani Abbasiyah yang tercatat sebagai nama besar adalah Ibnu Muqlah yang pada masa mudanya belajar kaligrafi kepada Al-Ahwal al-Muharrir. Ibnu Muqlah berjasa besar bagi pengembangan tulisan kursif karena penemuannya yang spektakuler tentang rumus-rumus geometrikal pada kaligrafi yang terdiri dari tiga unsur kesatuan baku dalam pembuatan huruf yang ia tawarkan yaitu : titik, huruf alif, dan lingkaran. Menurutnya setiap huruf harus dibuat berdasarkan ketentuan ini dan disebut al-Khat al-Mansub (tulisan yang berstandar). Ia juga mempelopori pemakaian enam macam tulisan pokok (al-Aqlam as-Sittah) yaitu Tsuluts, Naskhi, Muhaqqaq, Raihani, Riqa’, dan Tauqi’ yang merupakan tulisan kursif. Tulisan Naskhi dan Tsuluts menjadi populer dipakai karena usaha Ibnu Muqlah yang akhirnya bisa menggeser dominasi khat Kufi.

Usaha Ibnu Muqlah pun dilanjutkan oleh murid-muridnya yang terkenal diantaranya Muhammad ibn As-Simsimani dan Muhammad ibn Asad. Dari dua muridnya ini kemudian lahir kaligrafer bernama Ibnu Bawwab. Ibnu Bawwab mengembangkan lagi rumus yang sudah dirintis oleh Ibnu Muqlah yang dikenal dengan Al-Mansub Al-Faiq (huruf bersandar yang indah). Ia mempunyai perhatian besar terhadap perbaikan khat Naskhi dan Muhaqqaq secara radikal. Namun karya-karyanya hanya sedikit yang tersisa hingga sekarang yaitu sebuah al-Qur’an dan fragmen duniawi saja.

Pada masa berikutnya muncul Yaqut al-Musta’simi yang memperkenalkan metode baru dalam penulisan kaligrafi secara lebih lembut dan halus lagi terhadap enam gaya pokok yang masyhur itu. Yaqut adalah kaligrafer besar di masa akhir Daulah Abbasiyah hingga runtuhnya dinasti ini pada tahun 1258 M karena serbuan tentara Mongol.

Pemakaian kaligrafi pada masa Daulah Abbasiyah menunjukkan keberagaman yang sangat nyata, jauh bila dibandingkan dengan masa Umayyah. Para kaligrafer Daulah Abbasiyah sangat ambisius menggali penemuan-penemuan baru atau mendeformasi corak-corak yang tengah berkembang. Karya-karya kaligrafi lebih dominan dipakai sebagai ornamen dan arsitektur oleh Bani Abbasiyah daripada Bani Umayyah yang hanya mendominasi unsur ornamen floral dan geometrik yang mendapat pengaruh kebudayaan Hellenisme dan Sasania.

Perkembangan Kaligrafi Periode Lanjut

Selain di kawasan negeri Islam bagian timur (al-Masyriq) yang membentang di sebelah timur Libya termasuk Turki, dikenal juga kawasan bagian barat dari negeri Islam (al-Maghrib) yang terdiri dari seluruh negeri Arab sebelah barat Mesir, termasuk Andalusia (Spanyol Islam). Kawasan ini memunculkan bentuk kaligrafi yang berbeda. Gaya kaligrafi yang berkembang dominan adalah Kufi Maghribi yang berbeda dengan gaya di Baghdad (Irak). Sistem penulisan yang ditemukan oleh Ibnu Muqlah juga tidak sepenuhnya diterima, sehingga gaya tulisan kursif yang ada bersifat konservatif.

Sementara bagi kawasan Masyriq, setelah kehancuran Daulah Abbasiyah oleh tentara Mongol dibawah Jengis Khan dan puteranya Hulagu Khan, perkembangan kaligrafi dapat segera bangkit kembali tidak kurang dari setengah abad. Oleh Ghazan cucu Hulagu Khan yang telah memeluk agama Islam, tradisi kesenian pun dibangun kembali. Penggantinya yaitu Uljaytu juga meneruskan usaha Ghazan, ia memberikan dorongan kepada kaum terpelajar dan seniman untuk berkarya. Seni kaligrafi dan hiasan al-Qur’an pun mencapai puncaknya. Dinasti ini memiliki beberapa kaligrafer yang dibimbing Yaqut seperti Ahmad al-Suhrawardi yang menyalin al-Quran dalam gaya Muhaqqaq tahun 1304, Mubarak Shah al-Qutb, Sayyid Haydar, Mubarak Shah al-Suyufi dan lain-lain.

Dinasti Il-Khan yang bertahan sampai akhir abad ke-14 digantikan oleh Dinasti Timuriyah yang didirikan Timur Leng. Meskipun dikenal sebagai pembinasa besar, namun setelah ia masuk Islam kaum terpelajar dan seniman mendapat perhatian yang istimewa. Ia mempunyai perhatian besar terhadap kaligrafi dan memerintahkan penyalinan al-Qur’an. Hal ini dilanjutkan oleh puteranya Shah Rukh. Diantara ahli kaligrafi pada masa ini adalah Muhammad al-Tughra’I yang menyalin al-Qur’an bertarih 1408 daam gaya Muhaqqaq emas. Dan putera Shah Rukh sendiri yang bernama Ibrahim Sulthan menjadi salah seorang kaligrafer terkemuka.

Dinasti Timuriyah mengalami kemunduran menjelang abad ke-15 dan segera digantikan oleh Dinasti Safawiyah yang bertahan di Persia dan Irak sampai tahun 1736. pendirinya Shah Ismail dan penggantinya Shah Tahmasp mendorong perumusan dan pengembangan gaya kaligrafi baru yang disebut Ta’liq yang sekarang dikenal khat Farisi. Gaya baru yang dikembangkan dari Ta’liq adalah Nasta’liq yang mendapat pengaruh dari Naskhi. Tulisan Nasta’liq ahkirnya menggeser Naskhi dan menjadi tulisan yang biasa digunakan untuk menyalin sastra Persia.

Di Kawasan India dan Afganistan berkembang kaligrafi yang lebih bernuansa tradisional. Gaya Behari muncul di India pada abad ke-14 yang bergaris horisontal tebal memanjang yang kontras dengan garis vertikalnya yang ramping. Sedangkan di kawasan Cina memperlihatkan corak yang khas lagi, dipengaruhi tarikan kuas penulisan huruf Cina yang lazim disebut gaya Shini. Gaya ini mendapat pengaruh dari tulisan yang berkembang di India dan Afganistan. Tulisan Shini biasa ditorehkan di keramik dan tembikar.

Dalam perkembangan selanjutnya, wilayah Arab diperintah oeh Dinasti Utsmaniyah (Ottoman) di Turki. Perkembangan kaligrafi sejak masa dinasti ini hingga perkembangan terakhirnya selalu terkait dengan dinasti Utsmaniyah Turki. Perkembangan kaligrafi pada masa Utsmaniyah ini memperlihatkan gairah yang luar biasa. Kecintaan kaligrafi tidak hanya pada kalangan terpelajar dan seniman tetapi juga beberapa sultan bahkan dikenal juga sebagai kaligrafer. Mereka tidak segan-segan untuk merekrut ahli-ahli dari negeri musuh seperti Persia, maka gaya Farisi pun dikembangkan oleh dinasti ini. Adapun kaligrafer yang dipandang sebagai kaligrafer besar pada masa dinasti ini adalah Syaikh Hamdullah al-Amasi yang melahirkan beberapa murid, salah satunya adalah Hafidz Usman. Perkembangan kaligrafi Turki sejak awal pemerintahan Utsmaniyah melahirkan sejumlah gaya baru yang luar biasa indahnya, berpatokan dengan gaya kaligrafi yang dikembangkan di Baghdad jauh sebelumnya. Yang paling penting adalah Syikastah, Syikastah-amiz, Diwani, dan Diwani Jali. Syikastah (bentuk patah) adalah gaya yang dikembangkan dari Ta’liq an Nasta’liq awal. Gaya ini biasanya dipakai untuk keperluan-keperluan praktis. Gaya Diwani pun pada mulanya adalah penggayaan dari Ta’liq. Tulisan ini dikembangkan pada akhir abad ke-15 oleh Ibrahim Munif, yang kemudian disempurnakan oleh Syaikh Hamdullah. Gaya ini benar-benar kursif, dengan garis yang dominan melengkung dan bersusun-susun. Diwani kemudian dikembangkan lagi dan melahirkan gaya baru yang lebih monumental disebut Diwani Jali, yang juga dikenal sebagai Humayuni (kerajaan). Gaya ini sepenuhnya dikembangkan oleh Hafidz Usman dan para muridnya.

Jumat, 14 Mei 2010

Tragedi Tanjung Priok ,Jakarta,1984

Senin, 10 September 1984. Seorang oknum ABRI beragama Katholik, Sersan Satu Hermanu, mendatangi mushala As-Sa'adah untuk menyita pamflet berbau 'SARA'. Namun tindakan Sersan Hermanu sangat menyinggung perasaan ummat Islam. Ia masuk ke dalam masjid tanpa melepas sepatu, menyiram dinding mushala dengan air got, bahkan menginjak Al-Qur'an. Warga marah dan motor motor Hermanu dibakar. Buntutnya, empat orang pengurus mushala diciduk Kodim. Upaya persuasif yang dilakukan ulama tidak mendapat respon dari aparat. Malah mereka memprovokasi dengan mempertontonkan salah seorang ikhwan yang ditahan itu, dengan tubuh penuh luka akibat siksaan.

Rabu. 12 September 1984. Mubaligh Abdul Qodir Djaelani membuat pernyataan yang menentang azas tunggal Pancasila. Malamnya, di Jalan Sindang, Tanjung Priok, diadakan tabligh. Ribuan orang berkumpul dengan semangat membara, disemangati khotbah dari Amir Biki, Syarifin Maloko, Yayan Hendrayana, dll. Tuntutan agar aparat melepas empat orang yang ditahan terdengar semakin keras. Amir Biki dalam khotbahnya berkata dengan suara bergetar, "Saya beritahu Kodim, bebaskan keempat orang yang ditahan itu sebelum jam sebelas malam. Jika tidak, saya takut akan terjadi banjir darah di Priok ini". Mubaligh lain, Ustdaz Yayan, bertanya pada jamaah, "Man anshori ilallah? Siapa sanggup menolong agama Allah ?" Dijawab oleh massa, "Nahnu Anshorullah ! Kami siap menolong agama Allah !" Sampai jam sebelas malam tidak ada jawaban dari Kodim, malah tank dan pasukan didatangkan ke kawasan Priok. Akhirnya, lepas jam sebelas malam, massa mulai bergerak menuju markas Kodim. Ada yang membawa senjata tajam dan bahan bakar. Tetapi sebagian besar hanyalah berbekal asma' Allah dan Al-Qur'an. Amir Biki berpesan, "Yang merusak bukan teman kita !"

Di Jalan Yos Sudarso massa dan tentara berhadapan. Tidak terlihat polisi satupun, padahal seharusnya mereka yang terlebih dahulu menangani (dikemudian hari diketahui, para polisi ternyata dilarang keluar dari markasnya oleh tentara). Massa sama sekali tidak beringas. Sebagian besar malah hanya duduk di jalan dan bertakbir. Tiba-tiba terdengar aba-aba mundur dari komandan tentara. Mereka mundur dua langkah, lalu ... astaghfirullah ! Tanpa peringatan terlebih dahulu, tentara mulai menembaki jamaah dan bergerak maju. Gelegar senapan terdengar bersahut-sahutan memecah kesunyian malam. Aliran listrik yang sudah dipadamkan sebelumnya membuat kilatan api dari moncong-moncong senjata terlihat mengerikan. Satu demi satu para syuhada tersungkur dengan darah membasahi bumi. Kemudian, datang konvoi truk militer dari arah pelabuhan, menerjang dan melindas massa yang tiarap di jalan. Dari atas truk, orang-orang berseragam hijau tanpa nurani gencar menembaki. Tentara bahkan masuk ke perkampungan dan menembak dengan membabi-buta. Tanjung Priok banjir darah.

Pemerintah dalam laporan resminya yang diwakili Panglima ABRI, Jenderal L. B. Moerdani, menyebutkan bahwa korban tewas 'hanya' 18 orang dan luka-luka 53 orang. Namun dari hasil investigasi tim pencari fakta, SONTAK (SOlidaritas Nasional untuk peristiwa TAnjung prioK), diperkirakan sekitar 400 orang tewas, belum terhirung yang luka-luka dan cacat. Sampai dua tahun setelah peristiwa pembantaian itu, suasana Tanjung Priok begitu mencekam. Siapapun yang menanyakan peristiwa 12 September, menanyakan anak atau kerabatnya yang hilang, akan berurusan dengan aparat.

Sebenarnya sejak beberapa bulan sebelum tragedi, suasana Tanjung Priok memang terasa panas. Tokoh-tokoh Islam menduga keras bahwa suasana panas itu memang sengaja direkayasa oleh oknum-oknum tertentu dipemerintahan yang memusuhi Islam. Terlebih lagi bila melihat yang menjadi Panglima ABRI saat itu, Jenderal Leonardus Benny Moerdani, adalah seorang Katholik yang sudah dikenal permusuhannya terhadap Islam. Suasana rekayasa ini terutama sekali dirasakan oleh ulama-ulama di luar tanjung Priok. Sebab, di kawasan lain kota Jakarta sensor bagi para mubaligh sangat ketat. Namun entah kenapa, di Tanjung Priok yang merupakan basis Islam itu para mubaligh dapat bebas berbicara bahkan mengkritik pemerintah, sampai menolak azas tunggal Pancasila. Adanya rekayasa dan provokasi untuk memancing ummat Islam dapat diketahui dari beberapa peristiwa lain sebelum itu, misalnya dari pembangunan bioskop Tugu yang banyak memutar film maksiat diseberang Masjid Al-Hidayah. Tokoh senior seperti M. Natsir dan Syafrudin Prawiranegara sebenarnya telah melarang ulama untuk datang ke Tanjung Priok agar tidak masuk ke dalam perangkap. Namun seruan ini rupanya tidak sampai kepada para mubaligh Priok. Dari cerita Syarifin Maloko, ketua SONTAK dan mubaligh yang terlibat langsung peristiwa 12 September, ia baru mendengar adanya larangan tersebut setelah berada di dalam penjara. Rekayasa dan pancingan ini tujuannya tak lain untuk memojokkan Islam dan ummatnya di Indonesia.

Diringkas dan diedit ulang dari Majalah Sabili dan Tabloid Hikmah

Tragesi Tanjung Priok ,Jakarta,1984

Senin, 10 September 1984. Seorang oknum ABRI beragama Katholik, Sersan Satu Hermanu, mendatangi mushala As-Sa'adah untuk menyita pamflet berbau 'SARA'. Namun tindakan Sersan Hermanu sangat menyinggung perasaan ummat Islam. Ia masuk ke dalam masjid tanpa melepas sepatu, menyiram dinding mushala dengan air got, bahkan menginjak Al-Qur'an. Warga marah dan motor motor Hermanu dibakar. Buntutnya, empat orang pengurus mushala diciduk Kodim. Upaya persuasif yang dilakukan ulama tidak mendapat respon dari aparat. Malah mereka memprovokasi dengan mempertontonkan salah seorang ikhwan yang ditahan itu, dengan tubuh penuh luka akibat siksaan.

Rabu. 12 September 1984. Mubaligh Abdul Qodir Djaelani membuat pernyataan yang menentang azas tunggal Pancasila. Malamnya, di Jalan Sindang, Tanjung Priok, diadakan tabligh. Ribuan orang berkumpul dengan semangat membara, disemangati khotbah dari Amir Biki, Syarifin Maloko, Yayan Hendrayana, dll. Tuntutan agar aparat melepas empat orang yang ditahan terdengar semakin keras. Amir Biki dalam khotbahnya berkata dengan suara bergetar, "Saya beritahu Kodim, bebaskan keempat orang yang ditahan itu sebelum jam sebelas malam. Jika tidak, saya takut akan terjadi banjir darah di Priok ini". Mubaligh lain, Ustdaz Yayan, bertanya pada jamaah, "Man anshori ilallah? Siapa sanggup menolong agama Allah ?" Dijawab oleh massa, "Nahnu Anshorullah ! Kami siap menolong agama Allah !" Sampai jam sebelas malam tidak ada jawaban dari Kodim, malah tank dan pasukan didatangkan ke kawasan Priok. Akhirnya, lepas jam sebelas malam, massa mulai bergerak menuju markas Kodim. Ada yang membawa senjata tajam dan bahan bakar. Tetapi sebagian besar hanyalah berbekal asma' Allah dan Al-Qur'an. Amir Biki berpesan, "Yang merusak bukan teman kita !"

Di Jalan Yos Sudarso massa dan tentara berhadapan. Tidak terlihat polisi satupun, padahal seharusnya mereka yang terlebih dahulu menangani (dikemudian hari diketahui, para polisi ternyata dilarang keluar dari markasnya oleh tentara). Massa sama sekali tidak beringas. Sebagian besar malah hanya duduk di jalan dan bertakbir. Tiba-tiba terdengar aba-aba mundur dari komandan tentara. Mereka mundur dua langkah, lalu ... astaghfirullah ! Tanpa peringatan terlebih dahulu, tentara mulai menembaki jamaah dan bergerak maju. Gelegar senapan terdengar bersahut-sahutan memecah kesunyian malam. Aliran listrik yang sudah dipadamkan sebelumnya membuat kilatan api dari moncong-moncong senjata terlihat mengerikan. Satu demi satu para syuhada tersungkur dengan darah membasahi bumi. Kemudian, datang konvoi truk militer dari arah pelabuhan, menerjang dan melindas massa yang tiarap di jalan. Dari atas truk, orang-orang berseragam hijau tanpa nurani gencar menembaki. Tentara bahkan masuk ke perkampungan dan menembak dengan membabi-buta. Tanjung Priok banjir darah.

Pemerintah dalam laporan resminya yang diwakili Panglima ABRI, Jenderal L. B. Moerdani, menyebutkan bahwa korban tewas 'hanya' 18 orang dan luka-luka 53 orang. Namun dari hasil investigasi tim pencari fakta, SONTAK (SOlidaritas Nasional untuk peristiwa TAnjung prioK), diperkirakan sekitar 400 orang tewas, belum terhirung yang luka-luka dan cacat. Sampai dua tahun setelah peristiwa pembantaian itu, suasana Tanjung Priok begitu mencekam. Siapapun yang menanyakan peristiwa 12 September, menanyakan anak atau kerabatnya yang hilang, akan berurusan dengan aparat.

Sebenarnya sejak beberapa bulan sebelum tragedi, suasana Tanjung Priok memang terasa panas. Tokoh-tokoh Islam menduga keras bahwa suasana panas itu memang sengaja direkayasa oleh oknum-oknum tertentu dipemerintahan yang memusuhi Islam. Terlebih lagi bila melihat yang menjadi Panglima ABRI saat itu, Jenderal Leonardus Benny Moerdani, adalah seorang Katholik yang sudah dikenal permusuhannya terhadap Islam. Suasana rekayasa ini terutama sekali dirasakan oleh ulama-ulama di luar tanjung Priok. Sebab, di kawasan lain kota Jakarta sensor bagi para mubaligh sangat ketat. Namun entah kenapa, di Tanjung Priok yang merupakan basis Islam itu para mubaligh dapat bebas berbicara bahkan mengkritik pemerintah, sampai menolak azas tunggal Pancasila. Adanya rekayasa dan provokasi untuk memancing ummat Islam dapat diketahui dari beberapa peristiwa lain sebelum itu, misalnya dari pembangunan bioskop Tugu yang banyak memutar film maksiat diseberang Masjid Al-Hidayah. Tokoh senior seperti M. Natsir dan Syafrudin Prawiranegara sebenarnya telah melarang ulama untuk datang ke Tanjung Priok agar tidak masuk ke dalam perangkap. Namun seruan ini rupanya tidak sampai kepada para mubaligh Priok. Dari cerita Syarifin Maloko, ketua SONTAK dan mubaligh yang terlibat langsung peristiwa 12 September, ia baru mendengar adanya larangan tersebut setelah berada di dalam penjara. Rekayasa dan pancingan ini tujuannya tak lain untuk memojokkan Islam dan ummatnya di Indonesia.

Diringkas dan diedit ulang dari Majalah Sabili dan Tabloid Hikmah

Masuknya isalm di Indonesia

Pada tahun 30 Hijri atau 651 Masehi, hanya berselang sekitar 20 tahun dari wafatnya Rasulullah SAW, Khalifah Utsman ibn Affan RA mengirim delegasi ke Cina untuk memperkenalkan Daulah Islam yang belum lama berdiri. Dalam perjalanan yang memakan waktu empat tahun ini, para utusan Utsman ternyata sempat singgah di Kepulauan Nusantara. Beberapa tahun kemudian, tepatnya tahun 674 M, Dinasti Umayyah telah mendirikan pangkalan dagang di pantai barat Sumatera. Inilah perkenalan pertama penduduk Indonesia dengan Islam. Sejak itu para pelaut dan pedagang Muslim terus berdatangan, abad demi abad. Mereka membeli hasil bumi dari negeri nan hijau ini sambil berdakwah.

Lambat laun penduduk pribumi mulai memeluk Islam meskipun belum secara besar-besaran. Aceh, daerah paling barat dari Kepulauan Nusantara, adalah yang pertama sekali menerima agama Islam. Bahkan di Acehlah kerajaan Islam pertama di Indonesia berdiri, yakni Pasai. Berita dari Marcopolo menyebutkan bahwa pada saat persinggahannya di Pasai tahun 692 H / 1292 M, telah banyak orang Arab yang menyebarkan Islam. Begitu pula berita dari Ibnu Battuthah, pengembara Muslim dari Maghribi., yang ketika singgah di Aceh tahun 746 H / 1345 M menuliskan bahwa di Aceh telah tersebar mazhab Syafi'i. Adapun peninggalan tertua dari kaum Muslimin yang ditemukan di Indonesia terdapat di Gresik, Jawa Timur. Berupa komplek makam Islam, yang salah satu diantaranya adalah makam seorang Muslimah bernama Fathimah binti Maimun. Pada makamnya tertulis angka tahun 475 H / 1082 M, yaitu pada jaman Kerajaan Singasari. Diperkirakan makam-makam ini bukan dari penduduk asli, melainkan makam para pedagang Arab.

Sampai dengan abad ke-8 H / 14 M, belum ada pengislaman penduduk pribumi Nusantara secara besar-besaran. Baru pada abad ke-9 H / 14 M, penduduk pribumi memeluk Islam secara massal. Para pakar sejarah berpendapat bahwa masuk Islamnya penduduk Nusantara secara besar-besaran pada abad tersebut disebabkan saat itu kaum Muslimin sudah memiliki kekuatan politik yang berarti. Yaitu ditandai dengan berdirinya beberapa kerajaan bercorak Islam seperti Kerajaan Aceh Darussalam, Malaka, Demak, Cirebon, serta Ternate. Para penguasa kerajaan-kerajaan ini berdarah campuran, keturunan raja-raja pribumi pra Islam dan para pendatang Arab. Pesatnya Islamisasi pada abad ke-14 dan 15 M antara lain juga disebabkan oleh surutnya kekuatan dan pengaruh kerajaan-kerajaan Hindu / Budha di Nusantara seperti Majapahit, Sriwijaya dan Sunda. Thomas Arnold dalam The Preaching of Islam mengatakan bahwa kedatangan Islam bukanlah sebagai penakluk seperti halnya bangsa Portugis dan Spanyol. Islam datang ke Asia Tenggara dengan jalan damai, tidak dengan pedang, tidak dengan merebut kekuasaan politik. Islam masuk ke Nusantara dengan cara yang benar-benar menunjukkannya sebagai rahmatan lil'alamin.

Dengan masuk Islamnya penduduk pribumi Nusantara dan terbentuknya pemerintahan-pemerintahan Islam di berbagai daerah kepulauan ini, perdagangan dengan kaum Muslimin dari pusat dunia Islam menjadi semakin erat. Orang Arab yang bermigrasi ke Nusantara juga semakin banyak. Yang terbesar diantaranya adalah berasal dari Hadramaut, Yaman. Dalam Tarikh Hadramaut, migrasi ini bahkan dikatakan sebagai yang terbesar sepanjang sejarah Hadramaut. Namun setelah bangsa-bangsa Eropa Nasrani berdatangan dan dengan rakusnya menguasai daerah-demi daerah di Nusantara, hubungan dengan pusat dunia Islam seakan terputus. Terutama di abad ke 17 dan 18 Masehi. Penyebabnya, selain karena kaum Muslimin Nusantara disibukkan oleh perlawanan menentang penjajahan, juga karena berbagai peraturan yang diciptakan oleh kaum kolonialis. Setiap kali para penjajah - terutama Belanda - menundukkan kerajaan Islam di Nusantara, mereka pasti menyodorkan perjanjian yang isinya melarang kerajaan tersebut berhubungan dagang dengan dunia luar kecuali melalui mereka. Maka terputuslah hubungan ummat Islam Nusantara dengan ummat Islam dari bangsa-bangsa lain yang telah terjalin beratus-ratus tahun. Keinginan kaum kolonialis untuk menjauhkan ummat Islam Nusantara dengan akarnya, juga terlihat dari kebijakan mereka yang mempersulit pembauran antara orang Arab dengan pribumi.

Semenjak awal datangnya bangsa Eropa pada akhir abad ke-15 Masehi ke kepulauan subur makmur ini, memang sudah terlihat sifat rakus mereka untuk menguasai. Apalagi mereka mendapati kenyataan bahwa penduduk kepulauan ini telah memeluk Islam, agama seteru mereka, sehingga semangat Perang Salib pun selalu dibawa-bawa setiap kali mereka menundukkan suatu daerah. Dalam memerangi Islam mereka bekerja sama dengan kerajaan-kerajaan pribumi yang masih menganut Hindu / Budha. Satu contoh, untuk memutuskan jalur pelayaran kaum Muslimin, maka setelah menguasai Malaka pada tahun 1511, Portugis menjalin kerjasama dengan Kerajaan Sunda Pajajaran untuk membangun sebuah pangkalan di Sunda Kelapa. Namun maksud Portugis ini gagal total setelah pasukan gabungan Islam dari sepanjang pesisir utara Pulau Jawa bahu membahu menggempur mereka pada tahun 1527 M. Pertempuran besar yang bersejarah ini dipimpin oleh seorang putra Aceh berdarah Arab Gujarat, yaitu Fadhilah Khan Al-Pasai, yang lebih terkenal dengan gelarnya, Fathahillah. Sebelum menjadi orang penting di tiga kerajaan Islam Jawa, yakni Demak, Cirebon dan Banten, Fathahillah sempat berguru di Makkah. Bahkan ikut mempertahankan Makkah dari serbuan Turki Utsmani.

Kedatangan kaum kolonialis di satu sisi telah membangkitkan semangat jihad kaum muslimin Nusantara, namun di sisi lain membuat pendalaman akidah Islam tidak merata. Hanya kalangan pesantren (madrasah) saja yang mendalami keislaman, itupun biasanya terbatas pada mazhab Syafi'i. Sedangkan pada kaum Muslimin kebanyakan, terjadi percampuran akidah dengan tradisi pra Islam. Kalangan priyayi yang dekat dengan Belanda malah sudah terjangkiti gaya hidup Eropa. Kondisi seperti ini setidaknya masih terjadi hingga sekarang. Terlepas dari hal ini, ulama-ulama Nusantara adalah orang-orang yang gigih menentang penjajahan. Meskipun banyak diantara mereka yang berasal dari kalangan tarekat, namun justru kalangan tarekat inilah yang sering bangkit melawan penjajah. Dan meski pada akhirnya setiap perlawanan ini berhasil ditumpas dengan taktik licik, namun sejarah telah mencatat jutaan syuhada Nusantara yang gugur pada berbagai pertempuran melawan Belanda. Sejak perlawanan kerajaan-kerajaan Islam di abad 16 dan 17 seperti Malaka (Malaysia), Sulu (Filipina), Pasai, Banten, Sunda Kelapa, Makassar, Ternate, hingga perlawanan para ulama di abad 18 seperti Perang Cirebon (Bagus rangin), Perang Jawa (Diponegoro), Perang Padri (Imam Bonjol), dan Perang Aceh (Teuku Umar).

(Bersambung)

Masuknya isalm di Indonesia

Pada tahun 30 Hijri atau 651 Masehi, hanya berselang sekitar 20 tahun dari wafatnya Rasulullah SAW, Khalifah Utsman ibn Affan RA mengirim delegasi ke Cina untuk memperkenalkan Daulah Islam yang belum lama berdiri. Dalam perjalanan yang memakan waktu empat tahun ini, para utusan Utsman ternyata sempat singgah di Kepulauan Nusantara. Beberapa tahun kemudian, tepatnya tahun 674 M, Dinasti Umayyah telah mendirikan pangkalan dagang di pantai barat Sumatera. Inilah perkenalan pertama penduduk Indonesia dengan Islam. Sejak itu para pelaut dan pedagang Muslim terus berdatangan, abad demi abad. Mereka membeli hasil bumi dari negeri nan hijau ini sambil berdakwah.

Lambat laun penduduk pribumi mulai memeluk Islam meskipun belum secara besar-besaran. Aceh, daerah paling barat dari Kepulauan Nusantara, adalah yang pertama sekali menerima agama Islam. Bahkan di Acehlah kerajaan Islam pertama di Indonesia berdiri, yakni Pasai. Berita dari Marcopolo menyebutkan bahwa pada saat persinggahannya di Pasai tahun 692 H / 1292 M, telah banyak orang Arab yang menyebarkan Islam. Begitu pula berita dari Ibnu Battuthah, pengembara Muslim dari Maghribi., yang ketika singgah di Aceh tahun 746 H / 1345 M menuliskan bahwa di Aceh telah tersebar mazhab Syafi'i. Adapun peninggalan tertua dari kaum Muslimin yang ditemukan di Indonesia terdapat di Gresik, Jawa Timur. Berupa komplek makam Islam, yang salah satu diantaranya adalah makam seorang Muslimah bernama Fathimah binti Maimun. Pada makamnya tertulis angka tahun 475 H / 1082 M, yaitu pada jaman Kerajaan Singasari. Diperkirakan makam-makam ini bukan dari penduduk asli, melainkan makam para pedagang Arab.

Sampai dengan abad ke-8 H / 14 M, belum ada pengislaman penduduk pribumi Nusantara secara besar-besaran. Baru pada abad ke-9 H / 14 M, penduduk pribumi memeluk Islam secara massal. Para pakar sejarah berpendapat bahwa masuk Islamnya penduduk Nusantara secara besar-besaran pada abad tersebut disebabkan saat itu kaum Muslimin sudah memiliki kekuatan politik yang berarti. Yaitu ditandai dengan berdirinya beberapa kerajaan bercorak Islam seperti Kerajaan Aceh Darussalam, Malaka, Demak, Cirebon, serta Ternate. Para penguasa kerajaan-kerajaan ini berdarah campuran, keturunan raja-raja pribumi pra Islam dan para pendatang Arab. Pesatnya Islamisasi pada abad ke-14 dan 15 M antara lain juga disebabkan oleh surutnya kekuatan dan pengaruh kerajaan-kerajaan Hindu / Budha di Nusantara seperti Majapahit, Sriwijaya dan Sunda. Thomas Arnold dalam The Preaching of Islam mengatakan bahwa kedatangan Islam bukanlah sebagai penakluk seperti halnya bangsa Portugis dan Spanyol. Islam datang ke Asia Tenggara dengan jalan damai, tidak dengan pedang, tidak dengan merebut kekuasaan politik. Islam masuk ke Nusantara dengan cara yang benar-benar menunjukkannya sebagai rahmatan lil'alamin.

Dengan masuk Islamnya penduduk pribumi Nusantara dan terbentuknya pemerintahan-pemerintahan Islam di berbagai daerah kepulauan ini, perdagangan dengan kaum Muslimin dari pusat dunia Islam menjadi semakin erat. Orang Arab yang bermigrasi ke Nusantara juga semakin banyak. Yang terbesar diantaranya adalah berasal dari Hadramaut, Yaman. Dalam Tarikh Hadramaut, migrasi ini bahkan dikatakan sebagai yang terbesar sepanjang sejarah Hadramaut. Namun setelah bangsa-bangsa Eropa Nasrani berdatangan dan dengan rakusnya menguasai daerah-demi daerah di Nusantara, hubungan dengan pusat dunia Islam seakan terputus. Terutama di abad ke 17 dan 18 Masehi. Penyebabnya, selain karena kaum Muslimin Nusantara disibukkan oleh perlawanan menentang penjajahan, juga karena berbagai peraturan yang diciptakan oleh kaum kolonialis. Setiap kali para penjajah - terutama Belanda - menundukkan kerajaan Islam di Nusantara, mereka pasti menyodorkan perjanjian yang isinya melarang kerajaan tersebut berhubungan dagang dengan dunia luar kecuali melalui mereka. Maka terputuslah hubungan ummat Islam Nusantara dengan ummat Islam dari bangsa-bangsa lain yang telah terjalin beratus-ratus tahun. Keinginan kaum kolonialis untuk menjauhkan ummat Islam Nusantara dengan akarnya, juga terlihat dari kebijakan mereka yang mempersulit pembauran antara orang Arab dengan pribumi.

Semenjak awal datangnya bangsa Eropa pada akhir abad ke-15 Masehi ke kepulauan subur makmur ini, memang sudah terlihat sifat rakus mereka untuk menguasai. Apalagi mereka mendapati kenyataan bahwa penduduk kepulauan ini telah memeluk Islam, agama seteru mereka, sehingga semangat Perang Salib pun selalu dibawa-bawa setiap kali mereka menundukkan suatu daerah. Dalam memerangi Islam mereka bekerja sama dengan kerajaan-kerajaan pribumi yang masih menganut Hindu / Budha. Satu contoh, untuk memutuskan jalur pelayaran kaum Muslimin, maka setelah menguasai Malaka pada tahun 1511, Portugis menjalin kerjasama dengan Kerajaan Sunda Pajajaran untuk membangun sebuah pangkalan di Sunda Kelapa. Namun maksud Portugis ini gagal total setelah pasukan gabungan Islam dari sepanjang pesisir utara Pulau Jawa bahu membahu menggempur mereka pada tahun 1527 M. Pertempuran besar yang bersejarah ini dipimpin oleh seorang putra Aceh berdarah Arab Gujarat, yaitu Fadhilah Khan Al-Pasai, yang lebih terkenal dengan gelarnya, Fathahillah. Sebelum menjadi orang penting di tiga kerajaan Islam Jawa, yakni Demak, Cirebon dan Banten, Fathahillah sempat berguru di Makkah. Bahkan ikut mempertahankan Makkah dari serbuan Turki Utsmani.

Kedatangan kaum kolonialis di satu sisi telah membangkitkan semangat jihad kaum muslimin Nusantara, namun di sisi lain membuat pendalaman akidah Islam tidak merata. Hanya kalangan pesantren (madrasah) saja yang mendalami keislaman, itupun biasanya terbatas pada mazhab Syafi'i. Sedangkan pada kaum Muslimin kebanyakan, terjadi percampuran akidah dengan tradisi pra Islam. Kalangan priyayi yang dekat dengan Belanda malah sudah terjangkiti gaya hidup Eropa. Kondisi seperti ini setidaknya masih terjadi hingga sekarang. Terlepas dari hal ini, ulama-ulama Nusantara adalah orang-orang yang gigih menentang penjajahan. Meskipun banyak diantara mereka yang berasal dari kalangan tarekat, namun justru kalangan tarekat inilah yang sering bangkit melawan penjajah. Dan meski pada akhirnya setiap perlawanan ini berhasil ditumpas dengan taktik licik, namun sejarah telah mencatat jutaan syuhada Nusantara yang gugur pada berbagai pertempuran melawan Belanda. Sejak perlawanan kerajaan-kerajaan Islam di abad 16 dan 17 seperti Malaka (Malaysia), Sulu (Filipina), Pasai, Banten, Sunda Kelapa, Makassar, Ternate, hingga perlawanan para ulama di abad 18 seperti Perang Cirebon (Bagus rangin), Perang Jawa (Diponegoro), Perang Padri (Imam Bonjol), dan Perang Aceh (Teuku Umar).

(Bersambung)

China tidak hanya memiliki warisan sejarah seperti tembok China yang terpanjang di dunia. Namun negara Tirai Bambu ini ternyata juga memiliki jembatan terpanjang di dunia yang membelah laut dan menghubungkan Pantai Hangshou di Shanghai ke kepulauan kecil Yangsan.

"Jembatan Donghai yang memiliki panjang 36 kilometer ini untuk sementara masih bisa disebut sebagai jembatan terpanjang di dunia."

Bukan tanpa sebab China membangun jembatan yang bisa ditempuh satu jam dari Pantai Hangsou ini. Ini tak lain adalah untuk investasi.
China dikenal sebagai salah satu tempat investasi di asia yang cukup aman. Tidak heran pertumbuhan ekonomi negeri ini bisa mencapai 11,5 persen sepanjang masa sesudah 1994.

Di pulau seluas 1,5 juta meter persegi ini untuk sementara dibangun terminal peti kemas. Berbeda dengan pelabuhan pada umumnya di Indonesia, pemerintah China sangat tegas untuk urusan pungutan liar sehingga dalam waktu dua tahun pelabuhan ini terus berkembang dalam jumlah bongkar muat.

Otzi manusia es melintas ruang dan waktu

Jasad manusia es bernama Otzi yang ditemukan di pegunungan Alpen, Italia pada 1991 selalu saja membuat para peneliti dan arkeolog tertarik, tapi juga takut. Sebab bagi yang pernah mengadakan kontak dengan Otzi, termasuk penemu, penggali, pengangkut, kameramen dan 7 orang lainnya berturut-turut telah tewas secara tak wajar sejak jasad itu ditemukan. Ada yang berspekulasi mengenai “kutukan manusia es”, sehingga tidak bisa tidak membuat orang lebih meyakini daripada meragukannya.

Belum juga misteri Otzi yang kini disimpan di sebuah musium purbakala di Italia ini tuntas, satu lagi berita terbaru yakni ditemukannya mumi Otzi yang tertua dan tubuhnya terawat utuh. Para arkeolog menyebut penemuan tersebut tidak bisa dibandingkan dengan semua penelitian apapun di masa lalu. Banyak hal baru yang terungkap dari penemuan Otzi kedua ini.

Peneliti dari Italia yang menganalisa barang bawaan Otzi tersebut di luar dugaan mendapati bahwa 2 buah panah yang terbuat dari kayu dalam kantung panah yang dibawanya dan 12 buah panah yang belum jadi sudah 7.000 tahun sejarahnya, sedangkan senjata sejenisnya seperti kampak adalah produk tahun 27 SM-476 SM yang digunakan untuk penyiksaan semasa kekaisaran Romawi dulu. Adapun mantel yang dipakainya adalah mantel dari kulit domba jenis Tiongkok. Hasil penentuan tahun oleh ilmuwan dengan karbon 14 lebih mengejutkan lagi, ternyata Otzi itu sendiri adalah manusia purbakala yang hidup di zaman batu pada lebih dari 5.300 tahun silam, dan usianya kurang lebih 45 tahun.

Terpisah jarak ribuan tahun, melintasi daratan Eropa dan Asia, bahkan mantel kulit yang dipakainya itu ternyata adalah barang-barang produk Tiongkok, dan bagaimana dapat menjelaskan hubungannya dengan manusia itu? Bagaimana manusia purbakala di zaman batu pada 5.300 tahun silam itu membuat panah di masa tahun 7000? Lagi pula kapak adalah barang semasa kekaisaran Romawi pada tahun 27 SM-476 SM. Biar bagaimanapun ilmuwan tidak akan dapat menjelaskannya! Tetapi yang menyedihkan mereka, ilmu pengetahuan dapat menentukan usia manusia es dan barang bawaanya itu.

Menurut laporan The Trust Rusia dan laporan media lainnya, hasil tes DNA menerangkan, bahwa gen Otzi mirip dengan generasi keturunan bangsa Eropa di pegunungan Alpen, mungkin tempat kelahirannya di sebuah desa kecil di lintasan pegunungan di daerah perbatasan Italia dengan Austria. Anehnya, barang-barang bawaan Otzi semuanya berasal dari ruang waktu yang berbeda dengannya.

Selain itu, arkeolog juga pernah melihat tato di beberapa tubuhnya sehingga disimpulkan bahwa profesinya mungkin tukang sihir. Hal ini cocok dengan kemampuan dirinya mematikan orang yang mengusiknya. Ilmuwan tidak dapat mempercayai kalau kekuatan gaib tukang sihir ini begitu besar hinga mampu melintasi ruang waktu, namun, bila para otoritas tidak mengakui hipotesa ini juga tidak bisa menjelaskan terjadinya fenomena ini.
Temuan ini bukan saja menambah rasa misterius para arkeolog terhadap jati diri Otzi, lagipula pembuktian dengan bahan-bahan ini telah menyangkal sepenuhnya teori evolusi Darwin yang masih dipercaya sebagian orang. Tampaknya, hal-hal aneh dan ganjil yang ditemukan saat ini justru mendorong dan mendesak manusia untuk mengamati manusia dan alam semesta dengan pandangan yang sepenuhnya baru

Kamis, 29 April 2010

Kenangan yang tak pernah kulupakan



selesailah ibadah umrah ku,banyak hikmah yang ku petik di al-haramain sana.berziarah ke makam Rasulullah S.A.W,tawaf mengelilingi ka"bah kiblatnya orang islam yang ada di mekkah tepatnya di masjidilharam,mesjid nabawi,baqie (tempat para sahabat-sahabat rasul yang gugur dalam perang badar dll,jabal uhud,jabal rahmah,mesjid quba,mesjid kiblatain,dll .waktu pertama kalinya ku menginjak tanah haram hatiku terkesima,terpaku oleh kebesaran Allah yang maha satu.serompak terlantunlah di mulutku sepatah kata yang sangat dalam artinya "subhanallah" lemahlah seluruh badanku, apalagi waktu aku pertama kalinya melihat ka"bah dengan mata kepalaku sendiri... "masyaAllah" inikah yang namanya ka"bah dan kalimat itu terucap juga saat aku melihat masjidil haram di mekkah sana kalimat itu beberapa kali terucap tanpa ku sadari.Disana banyak umat muslim berbagai penjuru dunia.sebelum ke mekkah aku bermalam dulu di madinah sekitar kira-kira 4 hari, Di sana ada masjid nabawi yang terletak tidak jauh dari hotel yang kudiami,mesjid nabawi itu sangaaaaaaaaaaaaaaaaaaat besar dengan dekorasi-dekirasi tiang yang sangat membungkam mata dirancang oleh arsitek-arsitek yang sangat handal yang di biayai oleh raja king abdul aziz yang diserah kan jabatan beliau kepada anak beliau yang berama king pahd.di sanalah makam rasulullah S.A.W disana berziarah secara berdesak-desakan karena banyaknya ribuaaaan manusia yang menziarahinya dari berbagai penjuru dunia.Di masjidil haram dan masjidinnabawi banyak terdapat air zam-zam yang tersusun rapi dengan galon-galon yang dirancang khusus untuk air tersebut yang khusus untuk di minum............. .banyak lagi kisahnya hingga tidak bisa kutulis disini.tetapi semua ini bisa ku tulis di Hatiku selamanya. Hingga ku pun pulang dengan selmat.orang-orang disana menyambut kami dengan gembira,sambil berpelukan,berjabat tangan,karena ...................................................................mungkin ku...

Kamis, 01 April 2010

sel,,,,,,,,,

kini aku harus meninggalkan dunia pesatren karena ada hal .yang harus ku laksanakan ............... perjalaanan 18hari maenuju ke tanah suci.begitu '''''''''''''''''''''

Kamis, 18 Maret 2010

kahidupan begitu mencengkramku

hidup adalah suatu perjalanan yang harus dilewati..........hidupku disini (AMSTILATI) adalah suatu perjalanan yang mengantara antara hidupdan mati.

Senin, 01 Maret 2010

Baizin

Mungkin ku menulis yang tidak ada artinya .aku berizin untuk pulang ke kampung karna ada urusan yang ku laksanakan dan harusdiselesaikan ,padalah di pondok aku banyak hapalan yang ku harus penuhi sehingga pikiran ku terbolak balik ..................

Kamis, 04 Februari 2010

Langkah baru

Hidup ku dalam sekejap berubah menjadi drastis.Aku hidup disebuah asrama yang terletak di atas yang beranama maliki (asrama atas).Hidupku disini amatlah terkurung dengan tulisan arab dengan didasari dengan suatu ilmu arud(timbangan suatu syair)."AMSTILATI"itulah suatu kalimat yang sudah amat masyhur di kalangan santri.Mnghapal,belajar,lalaran itulah suatu fiil yang tak pernah luput masuk dalam kegiatan jadwal sehari-hariku.Di subuh dalam kegelaapn mlam itu bangunlah suatu perkumpulan belajar itu,untuk melaksankan sembahyang tahajud di sertai dengan menghapal untuk setoran di suatu siang nanti.Munculah matahari dari ufuk sana,tapi tidaklah perkumpulan ini bersantai-santai karena waktu yang menjepit mereka.Merekapun langsung mengambil Al-Qurannya untuk dibacanya dengan berjamaah.Mereka ambil buku amstilati yang akan mereka lalarkan.................. Tapi hidupku disini amatlah di landasi denagan kesenangan tapi ada juga rintangan yang harus ku hadapi,di suatu hari aku mencukur rmbut ku selesai itu langsunglah aku mandi untuk membersihkan rambut ku.Selsai mandi ,oh ternyata andndukku tetinggal di atas.Tidak basa-basi lagi aku pun ke atas,tanpa ku sadari aku pun berlari dengan tilasan basah .oooi................. itulah kata yang pertama ku dengar di telingaku (pitung).....................................................

Kamis, 14 Januari 2010

suatu kisah

hare ne ku k wrnet pulang banyak banar peristiwa-peristiwa.malan tadi ku bagadang mahapali amstilati malam tadituh tahu kada k umpat mqk maheh gugup k maju paling rendeh pulang nilaainya tapi majunya tunah ngalih banar d cari himung banar pank k hareni......................